Selasa, 18 Mei 2010

Dahlan Iskan, Mantan Wartawan - Sang Juragan PLN

Jakarta, (roabaca.com): Bertempat di Auditorium Kantor Pusat PT PLN, Rabu (23/12), Menteri BUMN Mustafa Abubakar melantik Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero) menggantikan Fahmi Mochtar. Pada kesempatan tersebut Dahlan Iskan dilantik bersama 9 direksi lainnya dan 7 komisaris. PLN dalam hal ini dipimpin oleh orang luar PLN. Dengan ini, untuk pertama kali pula, mantan wartawan memimpin perusahaan berkelas seperti PLN.

Dahlan Iskan (lahir tanggal 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur), adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network, yang bermarkas di Surabaya. Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.


Karir Cemerlang


Dahlan Iskan adalah seorang yang memiliki karir yang relatif cemerlang. Seperti disinggung di atas, Pada tahun 1982, PT Grafiti Pers, penerbit Majalah Tempo, menunjuk Dahlan Iskan untuk memimpin Jawa Pos, koran yang baru saja diakuisisi Tempo. Jawa Pos sendiri lahir pada 1 Juli 1949 yang dibidani Chung Shen dan Gho Cheng Hok. Kantor pertama Jawa Pos terletak di China Town Surabaya, Jalan Kembang Jepun. Pada 1982, kondisi Jawa Pos sangat mengkhawatirkan. Oplah harian hanya 6.000 eksemplar. Berbagai problem lain ikut membelit perusahaan. Setelah diakuisisi Tempo, di tangan Dahlan Iskan inilah Jawa Pos mulai berkembang. Dalam waktu 5 tahun, Jawa Pos telah menjadi surat kabar dengan oplah 300 ribu eksemplar.


Lima tahun kemudian, Dahlan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia. JPNN memiliki lebih dari 130 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.

Untuk menunjang pertumbuhan koran-koran tersebut, Jawa Pos mendirikan pabrik kertas sendiri melalui PT Adiprima Suraprinta, di kawasan Gresik, Pada 1995. Sekarang, pabrik kertas ini tidak hanya memenuhi kebutuhan Jawa Pos Group, melainkan telah mengekspor kertas ke berbagai negara.

Pada 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa dibangun di Jakarta, Semarang, dan berbagai kota lainnya.

Di tangan Dahlan, Jawa Pos juga berkembang ke stasiun televisi lokal. Pada 2001, RTV menjadi stasiun televisi lokal pertama Jawa Pos Grup di Pekanbaru. Tidak lama kemudian, pada tahun yang sama, Jawa Pos melahirkan JTV di Surabaya. Pada 2008, Jawa Pos Group telah memiliki 12 stasiun televisi lokal di berbagai provinsi di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Jawa Pos juga terjun ke industri listrik. Power plant pertama Jawa Pos beroperasi di Gresik, untuk memenuhi kebutuhan listrik perusahaan. Sekarang, Jawa Pos juga sudah memiliki pembangkit listrik komersial, yaitu Pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Uap Embalut Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.

PLTU Embalut dikelola PT Cahaya Fajar Kaltim dan merupakan power plant pertama yang dimiliki swasta di luar Jawa. Dahlan duduk sebagai direktur utama, namun saat ini sudah digantikan oleh Zainal Muttaqin, orang kepercayaan Dahlan yang juga bos Grup Kaltim Post.

Proyek ini bahkan diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Juli 2008. Sejumlah pejabat, seperti Menteri Energi yang saat itu dijabat Purnomo Yusgiantoro dan Dirut PLN Fahmi Mochtar, hadir dalam peresmian proyek itu. Pembangkit ini sudah masuk Sistem Mahakam sejak Desember 2008.


Pribadi dan Kebiasaan Dahlan Iskan

Ketika dilantik sebagai orang pertama di PLN, Dahlan Iskan tampil beda dari biasanya. Bos Jawa Pos itu berbaju necis, mengenakan setelan jas, ber­dasi, berkopiah, dan bersepatu pantofel. Padahal, sehari-harinya Dahlan terbiasa mengenakan sepatu kets.

Ya, Dahlan memang suka mengenakan sepatu kets karena pertama, nyantai. Kedua, enak dipakai jalan kaki. Setelah menjadi pejabat dan menjadi bagian dari pemerintah, kebiasaan casual Dahlan pun terpaksa ikut berubah. Dalam beberapa catatan, seorang Dahlan sangat menyaukai sepatu merek New Balance seri 992 yang ke mana pun dia pergi selalu dipakai. Sepatu merek dan seri itu memang di kalangan sneaker dikenal punya kenyaman­an tinggi hingga Dahlan menyukainya.

Ketika ditanya, mengapa Dahlan merubah kebiasaan berpenampilan, pria yang berhasil mengembangkan Jawa Pos beranak-pinak menjadi 151 penerbitan dari Sabang sampai Merauke itu mengungkpakan dengan singkat, ''Saya dipesenin khusus oleh menteri, gak boleh pakai sepatu kets,'' ujar Dahlan suatu ketika.

“Perintah” sang Mentri, tak urung membuat sang istri Nafsiah Dahlan harus menyiapkan baju yang akan dikenakan Dahlan dalam pelantikan. Pria bercucu lima itu mengabulkan permintaan Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar untuk memakai pakaian resmi.


Agenda dan Program di PLN

Menjelang dan saat pelantikan, kepemimpinan Dahlan di PLN terus diwarnai demonstrasi. Bahkan, tak tanggung, serikat pekerja PLN menjadi motor utama penggerak utama demo untuk menolak Dahlan. Alasannya, Dahlan dinilai tidak memahami PLN karena berasal dari orang luar.

Menghadapi situasi ini, Dahlan memberikan respon yang cukup menarik dari sisi manajemen dan profesionalisme.Menurut Dahlan, meski dirinya sebagai wartawan senior yang juga Bos Jawa Pos Group, namun dia sudah 6 tahun berkecimpung di dunia kelistrikan.

"Soal demo itu, saya maklumi, saya ini wartawan. Mungkin ada yang beranggapan wartawan itu bisanya apa, kan menulis. Tapi, pelan-pelan akan dijelaskan bahwa sejak enam tahun lalu saya sudah urusi listrik. Tidak ahli betul. Tetapi tidak juga tidak mengerti," papar Dahlan di gedung PLN, Jl Trunojoyo, Blok M, Jakarta Selatan, suatu ketika. "Saya ini memang wartawan, saya bangga jadi wartawan, tapi 6 tahun saya sudah geluti dunia listrik. Mereka belum tahu itu, makanya nanti akan saya jelaskan. Di perusahaan ini ‘kan ada peraturan perusahaan, nanti kita terapkan dan taati,” papar Dahlan.

Ketika disinggung bisnis listriknya, Dahlan menyebutkan bahwa usaha power plannya sudah dibangun di sejumlah daerah. "Saya sudah sampaikan blak-blakan, bahwa saya punya power plan, kecil, tidak sampai satu persen dari PLN. Nanti, saya pelajari aturan di sini, ‘kan saya baru hari ini dilantik. Kalau aturannya saya tidak boleh jadi komisaris di perusahaan saya, ya saya berhenti. Saya baca dulu peraturannya. Besok, saya minta bagian hukum PLN untuk menjelaskan kepada saya aturan-aturan itu. Apakah boleh saya tetap punya saham di perusahaan saya, misalnya, mungkin persentasenya berapa. Ya, semuanya akan ditaati. Tetapi kalau toh tidak boleh sama sekali, saya pun akan taati aturan itu," pungkasnya.

Lebih lanjut, Dahlan Iskan mengatakan, dirinya bakal mengatasi masalah krisis listrik yang masih belum beres di Indonesia dalam kepemimpinannya di PT PLN. Hal ini akan menjadi prioritas program kerjanya dalam dua tahun pertama. "Baru bisa dilaksanakan 2 tahun untuk mengatasi krisis listrik. Tidak hanya di Jakarta, tetapi di seluruh Indonesia," ujar Dahlan.

Di samping itu, Dahlan juga akan menekan jumlah subsidi yang dikucurkan pemerintah untuk kelistrikan. Caranya, dengan menekan biaya produksi listrik dan melakukan efisiensi. Dia mencontohkan, penghematan biaya produksi ini bisa dilakukan dengan cara melakukan konversi bahan bakar pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) yang sebelumnya menggunakan solar ke gas."Ada PLTD salah makan. Seharusnya makan gas tetapi makan solar. Akan diganti itu," kata Dahlan. Dahlan juga akan berupaya agar tidak ada kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dalam satu tahun ke depan."Setidaknya satu tahun ke depan TDL enggak akan dinaikkan. Tetapi itu kan masalah politis ya. Mudah-mudahan tidak naik," tandasnya. “Dalam waktu dekat, ada tiga agenda yang harus diselesaikan yakni mendapatkan pasokan gas untuk pembangkit, memperbanyak pembangkit listrik di daerah dan pengadaan travo cadangan untuk gardu induk”, ungkap pria yang pernah melakukan transplantasi hati di China ini.

Jika dirangkum, ada beberapa poin penting yang hendak dilakukan sang juragan PLN yakni; menghilangkan subsidi BBM untuk pembangkit listrik, membawa teknologi baru, dan mengupayakan penggunaan gas dan batubara. Selain itu, dalam waktu dekat PLN harus mencari skema baru pendanaan untuk membiayai pembangkit dan mengurangi utang perseroan yang sangat besar. Lainnya, Dahlan menjanjikan penghematan penggunaan BBM di PLN sebesar Rp 15 triliun, membangun 100 pembangkit listrik dengan masing-masing daya 15 MW, memperbaiki internal PLN seperti mengatasi pencurian listrik dan iklim bisnis yang tidak baik.

Motto Hidup

Bagi Dahlan, menjalankan kehidupan ini harus ihklas, termasuk dalam menjalankan amanah. Prinsip ikhlas ini menurut Dahlan telah diwariskan oleh sang Ayah semenjak dirinya masih anak-anak.


http://www.roabaca.com/profil/dahlan-iskan-mantan-wartawan-sang-juragan-pln.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar